“Mama Jo” Sabet Penghargaan Film Dokumenter Pendek Terbaik di Bulgaria, Suara Disabilitas dari Indonesia Menggema!

6
0

Kabar membanggakan datang dari Sofia, Bulgaria! Film dokumenter pendek asal Indonesia, “Mama Jo”, berhasil meraih penghargaan bergengsi “Best Short Documentary” dalam ajang Golden FEMI Film Festival. Penghargaan tersebut diterima di Hotel Balkan Palace pada Sabtu, 7 Juni 2025.

Film yang disutradarai oleh Ineu Rahmawati ini mengangkat realitas yang sering luput dari perhatian kita: keteguhan keluarga penyandang disabilitas. “Mama Jo” mengisahkan cerita menyentuh tentang Santi, seorang ibu tangguh dari Indonesia, dan putranya, Johan, seorang anak berusia 9 tahun yang hidup dengan kondisi cerebral palsy. Kisah mereka menjadi cerminan kekuatan cinta dan perjuangan.

Penghargaan itu diterima oleh Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) Kedutaan Besar Republik Indonesia di Sofia, Irvan Fachrizal. Golden FEMI Film Festival tahun ini dihadiri oleh tokoh penting seperti Iliana Iotova, Wakil Presiden Republik Bulgaria, serta para juri, pembuat film, dan tamu undangan lainnya.

Melalui pesan yang disampaikan secara resmi, Ineu Rahmawati mengungkapkan rasa terima kasihnya yang mendalam kepada panitia festival, para juri, dan penonton atas apresiasi terhadap “Mama Jo”. Meskipun tidak bisa hadir langsung karena kendala logistik, Ineu menyampaikan salam hangatnya dari Indonesia.

“Film ini adalah pengingat bahwa inklusi, akses, dan martabat adalah hak universal yang harus kita junjung bersama,” demikian bunyi kutipan penting dari pidato penerimaan penghargaan. Pesan ini menegaskan kembali misi film untuk menyuarakan kesetaraan dan hak-hak dasar.

Penghargaan ini juga menjadi bukti nyata meningkatnya apresiasi dunia internasional terhadap sinema Indonesia. Pada tahun 2024, jumlah penonton film nasional mencapai angka 68,95 juta, sebuah rekor tertinggi dalam sejarah perfilman Indonesia selama 98 tahun. Hingga 2025, tercatat ada 2.088 layar bioskop di seluruh Indonesia, dengan 60% dari total penonton lebih memilih menonton film lokal.

Lebih dari sekadar pencapaian box office, fenomena ini menunjukkan gerakan budaya yang signifikan. Ada kebangkitan cerita-cerita orisinal dan film yang berani menyuarakan berbagai sisi kemanusiaan. Para analis memproyeksikan bahwa industri film Indonesia akan tumbuh sebesar 20% hingga tahun 2027, didorong oleh tingginya permintaan terhadap film dokumenter, animasi, dan kisah autentik, terutama di kawasan Asia-Pasifik.

Penghargaan “Best Short Documentary” di Sofia ini memperkuat keyakinan bahwa film memiliki kekuatan luar biasa untuk menjembatani pemahaman lintas budaya dan membangun empati mendalam antar bangsa.

Film Dokumenter “Mama Jo” juga direncanakan akan diputar di klub film Universitas Sofia dalam waktu dekat, memperluas jangkauan pesannya.

Ini bukanlah kali pertama “Mama Jo” unjuk gigi di kancah internasional. Sebelumnya, film ini telah menembus nominasi Tokyo-Lift Network Film Festival 2024, nominasi dokumenter pendek terbaik FFI 2024, meraih Special Jury Mention di Bosifest, Serbia 2024, dan masuk nominasi pada Rodi Reflection of Disability Festival, Yunani 2024.