Di era digital yang kian dinamis, nama Rayyan Arkan Dikha, anak 11 tahun asal Kuantan Singingi, Riau, mendadak menjadi sorotan internasional. Sejak usia 9 tahun, ia telah berperan sebagai “Tukang Tari” atau penari di ujung perahu dalam tradisi Pacu Jalur, sebuah lomba perahu panjang khas Riau. Peran ini bertujuan untuk memberikan semangat dan energi positif kepada para pendayung.
Semua berawal dari sebuah video sederhana ketika Rayyan tampil mengenakan busana adat Teluk Belanga lengkap dengan tanjak dan kacamata hitam, menari di atas perahu Pacu Jalur yang sedang melaju di Sungai Batang Kuantan.
Gerakan tariannya yang anggun dan memikat membuat netizen internasional menamai Rayyan dengan julukan “Aura Farming”, istilah yang menggambarkan seseorang yang memancarkan energi positif dan karisma melalui gerakan sederhana namun menawan.
Istilah ini menjadi popular setelah video Rayyan viral di media sosial, dan kini telah menjadi bagian dari budaya internet, terutama di kalangan Gen Z.
Konsep “aura farming” menunjukkan kemampuan mengekspresikan karisma dan gaya dengan alami tanpa berlebihan, di mana Rayyan dianggap sebagai ikon utama dari tren tersebut.
Awalnya viral di platform sosial Indonesia, video Rayyan kemudian merambah perhatian global. Tariannya yang rileks dianggap memikat, khas, dan gampang ditiru. Tak butuh waktu lama, tren ini menjelma jadi challenge global di TikTok, Instagram, hingga YouTube.

Aksi Rayyan menginspirasi banyak orang di seluruh dunia. Sejumlah selebritas dan atlet internasional, seperti pesepakbola dari Paris Saint-Germain dan pembalap Formula 1 Alex Albon, menirukan gerakan tariannya dalam video yang mereka unggah di media sosial. Hal ini menunjukkan betapa besar dampak dari sebuah konten budaya lokal yang autentik dan menyentuh hati.
“Aura farming” bukan hanya sekadar gerakan di perahu, melainkan representasi dari pesona tulus anak desa yang mengekspresikan dirinya dengan natural. Dari sinilah terlihat bagaimana budaya lokal bisa mendunia sekaligus menjadi sumber kebanggaan nasional.
Ketenaran Rayyan tidak hanya berhenti di dunia maya. Atas kontribusinya dalam memperkenalkan budaya lokal ke dunia internasional, Pemerintah Provinsi Riau menunjuk Rayyan sebagai Duta Pariwisata Riau. Rayyan juga diberikan beasiswa pendidikan sebagai salah satu bentuk apresiasi terhadap pencapaiannya.
Pada Upacara Peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, pada Minggu, 17 Agustus 2025, Rayyan Arkan Dikha, kembali mencuri perhatian dengan tarian khasnya yang viral, dikenal sebagai “aura farming”.
Tampil mengenakan busana hijau khas Melayu lengkap dengan kacamata hitam, Rayyan menari di atas perahu Pacu Jalur yang melaju di Sungai Batang Kuantan, memukau Presiden Prabowo Subianto dan para hadirin yang hadir.
Aksi Rayyan yang penuh percaya diri dan ekspresif ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mencerminkan semangat kemerdekaan dan kebudayaan Indonesia. Dengan perpaduan keseimbangan, ketenangan, dan ciri khas gaya pribadi, tarian Rayyan menjadi representasi generasi muda yang menghargai budaya warisan dan mengekspresikannya dengan cara yang kreatif.
Keberhasilan Rayyan dalam menampilkan tarian “aura farming” di hadapan Presiden dan para pejabat negara menunjukkan bahwa budaya lokal dapat menjadi jembatan yang menghubungkan generasi muda dengan sejarah dan identitas bangsa.
Penampilan Rayyan yang memikat tidak hanya menghibur, tetapi juga mengandung pesan yang menekankan pentingnya menghargai dan melestarikan budaya.
Aksinya menjadi pengingat bagi generasi muda maupun masyarakat luas bahwa melestarikan dan merayakan budaya Indonesia bukan hanya sebatas formalitas, tetapi dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk ekspresi kreatif.
Penampilan Rayyan di Istana Merdeka pada 17 Agustus 2025 menjadi bukti bahwa semangat kemerdekaan tidak hanya dirayakan melalui upacara resmi, tetapi juga melalui ekspresi budaya yang kreatif dan penuh makna.
Dengan demikian, Rayyan Arkan Dikha tidak hanya menjadi ikon budaya, tetapi juga inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk terus berkarya dan mencintai warisan budaya bangsa.
Meskipun kini dikenal luas, Rayyan tetap menjalani aktivitas sehari-harinya sebagai siswa kelas 5 SD. Ia bercita-cita menjadi polisi, namun tetap menjaga tradisi menari di atas perahu Pacu Jalur.
Kisah Rayyan mengajarkan kita bahwa dengan bakat, keberanian, dan sedikit keberuntungan, seseorang dari desa kecil di Riau bisa menjadi ikon budaya dunia.