Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi B DPRD Sumut di Medan, Kamis, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumut Tetty Erlina Lubis mengatakan, 13.362 ekor sapi impor dari Australia itu didatangkan melalui empat perusahaan yang telah direkomendasikan.
Sapi impor tersebut telah tiba di Sumut pada awal Juni dan telah dikarantina untuk menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum dipotong dan didstribusikan ke masyarakat.
Kebijakan impor tersebut dilakukan karena jumlah ketersediaan daging sapi di Sumut belum mencukupi kebutuhan daging yang diperkirakan meningkat menjelang bulan suci Ramadhan.
Sebenarnya, kata dia, jumlah ternak di Sumut dari sejumlah peternakan masyarakat cukup banyak yakni mencapai 705.152 ekor yang terdiri 589.981 ekor sapi dan 115.171 ekor kerbau.
Namun sesuai dengan aturan yang berlaku, tidak seluruh hewan ternak itu boleh dipotong kecuali ternak yang telah afkir atau jantan dan betina yang berusia diatas 10 tahun.
Dari data yang didapatkan, jumlah sapi dan kerbau yang layak dipotong tersebut hanya sekitar 15,95 persen atau sebanyak 105.772 ekor.
Dengan asumsi konsumsi masyarakat terhadap daging sebesar 0,36 kg per kapita, maka kebutuhan masyarakat yang berjumlah sekitar 13,6 juta jiwa mencapai 4.896 ton.
Dengan kondisi itu, maka ketersediaan daging menjelang bulan suci Ramadhan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Sumut dianggap tidak mencukupi sehingga perlu dilakukan impor.
Meski telah menyediakan ketersediaan daging yang mencukupi, tetapi pihaknya memperkirakan harga di pasaran tetap akan mengalami kenaikan mulai tiga hari menjelang bulan suci Ramadhan.
“Perkiraan harganya berkisar Rp90 ribu hingga Rp100 ribu per kg,” katanya.
Selain ketersediaan daging, Dinas Peternakan dan Kesehatan Sumut juga mencatat stok ayam broiler dan telur mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Menurut Tetty, berdasarkan data yang didapatkan, ketersediaan ayam broiler di Sumut mencapai 3,4 juta ekor karena tujuh lokasi pembibitan di daerah itu mampu menghasilkan ayam broiler sebanyak 812 ekor per minggu. Sedangkan kebutuhannya hanya sekitar 2,1 juta ekor.
Demikian juga dengan kebutuhan telur sekitar 4,5 juta butir, sedangkan ketersediaannya mencapai 4,5 juta butir.
Sumber: Kantor Berita ANTARA