“Bukan hanya pemilih dewasa yang semakin menurun minat memilihnya, malah kaum muda yang justru semakin apatis melihat moral pejabat dan elit politik yang bobrok. Kondisi itu akan sangat mempengaruhi partiipasi di Pemilu 2014 yang jumlahnya diperkirakan di bawah tahun 1999 dan 2009,” katanya di Medan, Kamis.
Prediksi turunnya partisipasi di Pemilu 2014 itu semakin kuat dari melihat yang terjadi di sejumlah Pilkada di sejumlah provinsi, kota dan kabupaten dalam satu tahun terakhir ini yang jumlah golongan putih (golput)nya selalu lebih tinggi dari pada yang memilih.
Dosen Sosiologi Politik FISIP Universitas Muhammadiyah itu menegaskan, masyarakat dewasa ini cenderung melihat Pilkada, pemilihan legislatif dan pemilihan Presiden tidak menghasilkan apa-apa kecuali fakta korupsi yang dilakukan setelah fakta integritas.
Indonesia sendiri tidak seperti beberapa negara tertentu yang jika warganya tidak ikut memilih dikenakan denda sehingga harusnya semua menyadari betapa pentingnya menggugah minat masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya.
“Jadi kalau nanti di Pemilu suara golput tinggi, hal itu bukanlah sesuatu yang mengherankan,” kata Shohibul.
Agar hal itu tidak terulang terus, maka, harusnya sejak saat ini Parpol benar-benar menempatkan orang -orang pilihan yang memang punya niat bagus membangun bangsa dan negara.
Sumber: Kantor Berita ANTARA