Idgitaf Rilis “Sedia Aku Sebelum Hujan”, Lagu tentang Cinta yang Ugal-ugalan

7
0
Sumber: Idgitaf

Sekitar dua tahun setelah perilisan album penuh perdananya, Mengudara (2023), penyanyi dan penulis lagu Idgitaf kembali menghadirkan karya baru berjudul “Sedia Aku Sebelum Hujan”. Single ini menjadi pembuka menuju album kedua Idgitaf yang dijadwalkan rilis pada tahun 2026.

Melalui lagu ini, Gita sapaan akrab Idgitaf menampilkan warna musik yang lebih hangat, ekspresif, dan personal. Suasana pop penuh suka cita khas dirinya kini berbaur dengan unsur country yang kental, menghasilkan komposisi yang segar dan emosional. Liriknya sederhana namun sarat makna, menggambarkan bentuk deklarasi cinta yang apa adanya.

Aku ingin embrace cara mencintai yang ‘ugal-ugalan’,” ujar Idgitaf ketika menjelaskan filosofi di balik lagu barunya. “Aku merasa itu adalah cara aku mencintai, memang sepenuhnya seperti itu. Aku bisa terang-terangan bilang ‘Aku dapat melakukan apa saja buatmu, bisa memindahkan gunung untukmu’. Cinta aku memang sebegitunya dan aku tidak malu”.

Pernyataan tersebut menjadi kunci utama dalam memahami arah musikal dan emosional lagu ini sebuah perayaan cinta yang spontan, berani, dan tanpa perhitungan rumit.

Sumber: Idgitaf

Dibuka dengan permainan harmonika dan biola, “Sedia Aku Sebelum Hujan” langsung menegaskan nuansa country yang belum banyak dieksplorasi Idgitaf di karya sebelumnya. Harmonika menghadirkan kesan nostalgia dan keintiman, sementara suara biola memperkuat suasana emosional lagu.

Vokal khas Gita menjadi pusat perhatian. Dengan artikulasi jelas dan nada lembut yang menenangkan, ia menuturkan lirik-lirik yang seperti mengajak pendengar menilik perjalanan cintanya. Pada bagian chorus, intensitas emosi meningkat diiringi drum yang kuat dan biola yang semakin intens, Gita menegaskan komitmennya untuk selalu berusaha membuat sang pasangan “baik-baik saja”.

Perpaduan instrumen dan vokal latar menambah kedalaman rasa, menciptakan atmosfer lagu yang penuh ketulusan dan energi cinta yang tulus. Semua elemen itu berpadu dengan rapi, menjadikan lagu ini bukan hanya enak didengar, tapi juga berdaya ungkap tinggi.

Konsep “ugal-ugalan” yang diusung Idgitaf dalam lagu ini bukan berarti cinta yang sembrono. Sebaliknya, ia justru menekankan keberanian untuk mencintai tanpa takut kehilangan diri sendiri. Dalam wawancaranya, Gita menjelaskan bahwa “ugal-ugalan” di sini adalah bentuk kejujuran emosional keberanian untuk mengekspresikan perasaan secara total tanpa menyembunyikan intensitasnya.

Cinta yang “ugal-ugalan” adalah cinta yang hidup sepenuhnya: rela melakukan apa pun untuk orang yang dicintai, tanpa kalkulasi, tanpa gengsi. Di balik ungkapan romantisnya, tersirat pesan tentang kerentanan dan kejujuran hati sesuatu yang jarang ditemukan di era hubungan serba cepat dan serba terukur seperti sekarang.

Lirik “Sedia Aku Sebelum Hujan” menegaskan gagasan tersebut. Gita bernyanyi seolah mengingatkan sang kekasih untuk siap menerima dirinya apa adanya, bahkan sebelum “hujan” datang metafora untuk masa sulit dalam hubungan. Ia tidak menunggu badai reda; ia justru hadir sebelum badai itu datang, menyiapkan diri menjadi tempat berteduh bagi orang yang dicintainya.

Dalam penggarapan lagu ini, Idgitaf menggandeng Enrico Octaviano produser dan musisi yang juga dikenal sebagai drummer handal. Kolaborasi ini menjadi yang pertama bagi mereka berdua, dan hasilnya terasa signifikan.

Idgitaf memang sejak lama mengidamkan untuk bekerja dengan seorang pemain drum, dengan harapan bisa menghadirkan tekstur bunyi yang lebih maskulin dan dinamis di musiknya. Hasilnya, “Sedia Aku Sebelum Hujan” memiliki lapisan aransemen yang lebih berani dibandingkan karya-karya sebelumnya. Suara drum yang stabil dan tegas menjadi fondasi utama, sementara permainan biola dan harmonika menambahkan sentuhan emosional khas Idgitaf.

Enrico Octaviano berhasil membantu Gita menemukan keseimbangan antara kekuatan ritmis dan kelembutan vokal. Kolaborasi ini juga menandai babak baru dalam perjalanan kreatif Idgitaf lebih eksploratif, lebih berani, dan tetap setia pada keintiman khasnya.

Lagu “Sedia Aku Sebelum Hujan” hanyalah pembuka. Gita mengungkapkan bahwa album keduanya akan hadir dengan warna yang cukup berbeda dibanding Mengudara. Jika di album sebelumnya ia banyak berbicara tentang proses tumbuh dan pemulihan, di album baru ini Gita lebih banyak membahas cinta dan refleksi diri.

Sumber: Idgitaf

Pada saat ini aku berada dalam momen hidup yang sangat menyenangkan. Aku ada di hubungan yang sehat dan sangat suportif. Itu yang membuat aku tergerak, sepertinya ini permulaan dan saat yang tepat. Aku beranikan diri untuk menulis suatu hal yang ada di luar zona nyaman aku,” ungkapnya.

Pernyataan itu memperlihatkan bagaimana Gita tengah berada di fase hidup yang stabil dan penuh rasa syukur. Namun, stabilitas itu tidak membuatnya berhenti bereksplorasi. Justru sebaliknya, ia menggunakan pengalaman bahagia tersebut untuk menyelami cinta dari berbagai sisi dari yang ringan hingga yang mendalam. 

Album ini, menurut Gita, tidak hanya akan berisi kisah romantis, tetapi juga refleksi personal: tentang bagaimana cinta mempengaruhi dirinya, membentuk cara pandangnya terhadap hidup, serta bagaimana ia berjuang mempertahankan keseimbangan antara kasih dan kemandirian.

Dalam proses penciptaan lagu-lagu barunya, Idgitaf mengaku banyak melakukan dialog dengan dirinya sendiri. Ia menulis bukan sekadar untuk menyalurkan perasaan, tetapi juga untuk memahami dirinya secara lebih jujur dan utuh.

Di album baru ini aku bicara dari sudut pandangku tentang misalnya pengaruh [pasangan] di diriku, bagaimana aku sedang melakukan perjalanan mengasyikkan yang penuh eksplorasi sekaligus penuh misteri. Tapi tetap ada keseimbangan tentang cinta dan hidupku, jadi tidak melulu tentang cinta,” ujarnya.

Pernyataan ini menunjukkan kematangan seorang musisi yang tak lagi hanya menulis dari rasa sakit atau kehilangan, melainkan dari kebahagiaan dan penerimaan diri. Ia menggambarkan cinta bukan sebagai sesuatu yang menguasai, tapi sebagai energi yang memberi ruang untuk bertumbuh. Melalui proses kreatif itu, Gita belajar bahwa mencintai tidak selalu harus dramatis. Kadang, cinta yang paling indah justru hadir dari keseharian yang sederhana dan suportif.

Sebagai single pembuka, “Sedia Aku Sebelum Hujan” berfungsi sebagai gerbang menuju dunia baru Idgitaf dunia di mana ia lebih berani mengekspresikan diri tanpa takut keluar dari pakem lama. Jika dulu Gita dikenal lewat lagu-lagu reflektif seperti “Berlagak Bahagia” atau “Takut”, kini ia menunjukkan sisi yang lebih hangat, percaya diri, dan optimistis.

Lagu ini menjadi simbol pertumbuhan seorang perempuan muda yang terus bereksperimen dengan dirinya sendiri baik secara musikal maupun emosional.
Seperti tumbuhan yang terus bertumbuh mengikuti arah cahaya, Idgitaf pun terus memperluas cakrawala musikalnya sembari menguatkan akar identitasnya.

Aku merasa musikku berkembang seperti aku sendiri. Aku terus belajar, terus beradaptasi, tapi tidak pernah kehilangan diriku yang sebenarnya,” katanya dalam salah satu pernyataannya.

Kalimat itu merangkum esensi perjalanan Gita: eksplorasi tanpa kehilangan jati diri. Ia memeluk perubahan, namun tetap mempertahankan kejujuran dan kehangatan yang menjadi ciri khas karyanya sejak awal.

Dengan “Sedia Aku Sebelum Hujan”, Idgitaf menghadirkan karya yang tidak hanya menawan secara musikal, tetapi juga kaya makna. Lagu ini mengajarkan bahwa mencintai dengan “ugal-ugalan” bukan berarti mencintai tanpa arah melainkan mencintai dengan sepenuh hati, tanpa takut kehilangan diri sendiri.

Idgitaf menunjukkan keberaniannya untuk menulis dari ruang yang baru: ruang yang penuh cinta, rasa syukur, dan keberanian untuk tampil apa adanya. Kolaborasinya dengan Enrico Octaviano menandai babak baru dalam perjalanan musikalnya, sementara arah menuju album kedua pada 2026 menandakan kematangan seorang seniman muda yang tahu apa yang ingin ia sampaikan.

Di tengah industri musik Indonesia yang terus berkembang, Idgitaf tetap menonjol berkat kejujurannya. Ia bukan hanya penyanyi yang pandai menulis lirik, tetapi juga pencerita yang mengubah pengalaman pribadi menjadi narasi universal tentang cinta, keberanian, dan pertumbuhan.

Dengan “Sedia Aku Sebelum Hujan”, Idgitaf kembali membuktikan bahwa musik bisa menjadi ruang paling jujur untuk mencintai bahkan ketika caranya terasa “ugal-ugalan”.