Penyanyi muda berbakat Raissa Anggiani kembali menyedot perhatian industri musik Indonesia lewat rilis album penuh perdananya yang berjudul Kepada, Yang Terhormat. Album ini bukan sekadar kumpulan lagu cinta biasa, tetapi sebuah karya yang lahir dari refleksi pribadi dan eksplorasi musikal yang lebih matang. Menariknya, Raissa mengungkap bahwa beberapa lagu di album barunya itu terinspirasi oleh band legendaris dunia, The Beatles.
Pernyataan ini mengejutkan sekaligus membuat banyak pendengar semakin penasaran. Bagaimana mungkin musisi muda Indonesia yang lahir pada era digital bisa menemukan inspirasi dari grup musik asal Inggris yang populer di era 60-an? Mari kita bahas lebih dalam.
Album Kepada, Yang Terhormat resmi dirilis pada 19 September 2025 dengan berisi 11 lagu yang oleh Raissa disebut sebagai “surat-surat bernada” untuk orang-orang yang pernah hadir dalam hidupnya. Setiap lagu menggambarkan fase emosional yang berbeda, mulai dari kebahagiaan, kerinduan, patah hati, hingga penerimaan. Menariknya, dua track berupa monolog berjudul “Kepada” dan “Yang Terhormat” dijadikan penanda perjalanan emosional sekaligus berfungsi sebagai pembuka serta pengikat keseluruhan album. Dengan konsep personal tersebut, Raissa tidak hanya ingin menghadirkan karya yang enak didengar, tetapi juga bermakna bagi pendengar, sehingga setiap orang bisa merasa seolah-olah sedang membaca surat pribadi yang ditulis khusus untuk mereka.
Di sela wawancara dengan media, Raissa mengaku bahwa beberapa lagu dalam album barunya tercipta ketika dirinya sedang rajin mendengarkan The Beatles. “Ada beberapa lagu yang memang lahir ketika aku lagi sering-seringnya dengerin The Beatles. Dari situ, ternyata kebawa juga ke nuansa aransemen dan melodinya”, ungkap Raissa kepada RRI.co.id. Ia menegaskan bahwa pengaruh The Beatles tidak membuat lagunya kehilangan jati diri, melainkan justru memadukan warna klasik era 60-an dengan ciri khas lirik puitis dan emosional yang selalu menjadi kekuatannya. Salah satu lagu yang disebut paling kuat terinspirasi adalah “Alur yang Buram”, yang menghadirkan sentuhan aransemen pop klasik serta nuansa nostalgia.

Bagi generasi muda seperti Raissa, menjadikan The Beatles sebagai inspirasi adalah langkah yang cukup berani. The Beatles sendiri dikenal sebagai ikon musik dunia dengan ciri khas harmoni vokal yang kaya dan mudah diingat, eksperimen musik yang melibatkan berbagai instrumen dan genre, lirik sederhana namun menyentuh serta relevan hingga kini, serta produksi revolusioner di era 60-an yang bahkan menjadikan studio sebagai “instrumen” kreatif. Warisan inilah yang membuat banyak musisi lintas generasi tetap terinspirasi, termasuk Raissa yang mencoba menghadirkan “rasa klasik” ke dalam album kontemporernya.
Bagi generasi muda seperti Raissa, menjadikan The Beatles sebagai inspirasi adalah langkah yang cukup berani. The Beatles sendiri dikenal sebagai ikon musik dunia dengan ciri khas harmoni vokal yang kaya dan mudah diingat, eksperimen musik yang melibatkan berbagai instrumen dan genre, lirik sederhana namun menyentuh serta relevan hingga kini, serta produksi revolusioner di era 60-an yang bahkan menjadikan studio sebagai “instrumen” kreatif. Warisan inilah yang membuat banyak musisi lintas generasi tetap terinspirasi, termasuk Raissa yang mencoba menghadirkan “rasa klasik” ke dalam album kontemporernya.
Beberapa lagu dalam album Kepada, Yang Terhormat dianggap memiliki nuansa klasik ala The Beatles. Salah satunya adalah “Alur yang Buram”, yang menghadirkan aransemen dengan harmoni vokal dan nuansa band klasik sehingga memberikan kesan nostalgia, seolah membawa pendengar kembali ke era 60-an. Kemudian ada “Yang Terhormat”, sebuah monolog yang meski bukan lagu penuh, tetap dipengaruhi oleh gaya narasi emosional yang kerap ditemukan dalam album konsep klasik. Sementara itu, “Hati yang Tak Sama” menggunakan pola chord dan progresi sederhana khas pop klasik, namun tetap dibalut dengan lirik puitis ala Raissa yang menjadi ciri khasnya.
Ada beberapa alasan mengapa musik The Beatles masih relevan untuk musisi seperti Raissa. Pertama, lagu-lagu mereka bersifat abadi karena hampir semua orang dari berbagai generasi bisa menyanyikan setidaknya satu lagu The Beatles. Kedua, fleksibilitas genre yang mereka miliki mulai dari pop, rock, folk, hingga orchestra membuka ruang bagi musisi modern untuk mengambil inspirasi tanpa terkesan kaku. Ketiga, lirik mereka menyentuh emosi yang universal, membicarakan cinta, kehidupan, kerinduan, hingga filosofi sederhana, yang sejalan dengan tema personal yang diusung Raissa dalam karyanya.
Meski terinspirasi The Beatles, Raissa menghadapi tantangan besar: bagaimana menjaga originalitasnya?
Di era media sosial, kritik cepat muncul. Jika sebuah lagu terdengar terlalu mirip dengan karya lama, musisi bisa dituding tidak kreatif. Namun, dari yang terlihat, Raissa cukup berhasil mengolah inspirasi itu menjadi sesuatu yang segar.
Album ini tetap terasa sebagai “album Raissa” dengan lirik puitis, nuansa melankolis, serta suara khasnya yang lembut namun penuh emosi. Pengaruh The Beatles hanya menjadi bumbu, bukan inti dari keseluruhan album.
Sejak dirilis, album Kepada, Yang Terhormat mendapat respon positif dari penggemar dan kritikus musik. Banyak yang menyebut album ini sebagai loncatan karier bagi Raissa.
Di media sosial, tagar #KepadaYangTerhormat sempat trending di Twitter (X), dengan ribuan cuitan yang memuji kedalaman lirik dan eksperimen musiknya. Media seperti Detik dan RRI juga mengapresiasi keberanian Raissa mengambil langkah berbeda dengan memasukkan nuansa klasik ke dalam album pop modern.
Raissa Anggiani lewat album Kepada, Yang Terhormat menunjukkan bahwa dirinya bukan hanya penyanyi muda dengan suara lembut dan lagu-lagu romantis, tetapi juga seorang musisi yang berani bereksperimen.
Inspirasi dari The Beatles membuat beberapa lagunya terasa lebih kaya, berlapis, dan membawa nuansa klasik yang jarang terdengar di musik pop Indonesia saat ini. Namun, ia tetap berhasil menjaga ciri khasnya: lirik emosional, vokal tulus, dan narasi yang personal. Dengan perjalanan kreatif yang masih panjang, album ini bisa jadi pijakan kuat bagi Raissa untuk menapaki panggung musik Indonesia bahkan dunia.