Jakarta [14/10] – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap jajaran KPU bisa melakukan evaluasi menyeluruh agar pelaksanaan pemilu 2019 mendatang bisa berjalan lebih baik dari pemilu 2014. Pemilu 2014, dinilai Presiden SBY sudah berjalan dengan baik, meski di sana-sini ada kendala seperti persoalan logistik dan hal lainnya. Artinya, KPU tetap dituntut agar independen dalam menjalankam tahapan pemilu sesuai jadwal. Sikap independen inilah yang juga tetap dijaga SBY sejak 1999, 2004, dan 2009.
“Saya selama 10 tahun menjaga jarak dengan KPU. Takut fitnah. Jangan-jangan kekuasaan mempengaruhi. Karena banyak yg tidak tahu bahwa pemilu diselenggarakan oleh sebuah KPU yang bersifat nasional dan independen,” ujar Presiden SBY dalam arahan pembukaan rapat evaluasi pimpinan KPU di Istana Negara, Selasa [14/10].
Presiden SBYmengakui tidak mudah untuk menjadi penyelenggara pemilu. Selain tantangan keterlambatan logistik, keterlambatan daftar, tidak jarang penyelenggara pemilu dicurigai, digoda, difitnah. Tapi, dengan bukti sukses pemilu 2014, Presiden SBY akui jajaran KPU diseluruh Indonesia menjaga sumpah dan amanah.
“Oleh karena itulah karena Allah menakdirkan pemilu ini kembali menjadi pemilu damai dan demokratis. Dalam arti fair, marilah kita bersyukur pada Tuhan,” ungkap Presiden SBY.
Sementara itu, Ketua KPU Pusat Husni Kamil Manik menjelaskan, evaluasi dimaksudkan untuk membangun pemahaman yang sama dan sinergi tingkat pusat dan daerah dalam memahami dan evaluasi seluruh proses pemilu.
Kamil Manik juga menyebut, pelaksanaan pemilu 2014 patut disyukuri karena dinilai banyak pihak sukses dengan prinsip jujur dan adil. Penyelenggaraan pemilu yang sukses, juga tidak lepas dari dukungan semua pihak. Selain itu, pemilu kali ini khususnya pilpres menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi hingga 134 juta pemilih dari 140 juta orang yang memiliki hak pilih.
“Bahwa pemilu DPR sebanyak 187 juta, ada pun pengguna hak pilih 140 juta. Angka persentase partisipasi pemiih 75 persen. Ini sesuai dengan sasaran pembangunan nasonal. Untuk daftar pemilih tetap [DPT] penguna hak pilih 134 juta. Dalam statistik angka ini adalah angka terbesar di dunia bahkan kita mengalahkan pilpres di Amerika Serikat,” ujar Husni Kamil Manik. ¬´ [foto Antara]